El
Clasico (bahasa Inggris: The Classic), juga dikenal sebagai El Derbi
Español atau El Classic adalah nama generik yang diberikan untuk
setiap pertandingan sepak bola antara FC Barcelona dan Real Madrid.
Hal ini ditentang setidaknya (dan biasanya) bi-setiap tahun sebagai
bagian dari kompetisi La Liga Spanyol, dengan maksimum sembilan
pertandingan tahun, dengan dua tambahan di Copa del Rey, Liga
Champions, dan Supercopa de España, dengan lain mungkin dalam UEFA
Super Cup. Selain Final Liga Champions, itu adalah klub yang paling
mengikuti pertandingan sepak bola di dunia, disaksikan oleh ratusan
juta orang.
Persaingan itu muncul sebagai Madrid dan Barcelona adalah dua
kota terbesar di Spanyol, dan dua klub adalah klub sepakbola paling
berhasil dan berpengaruh di negeri Matador tersebut. Mereka kadang-kadang diidentifikasi dengan lawan
posisi politik, dengan Real Madrid dan Barcelona mewakili nasionalisme
dan nasionalisme Catalan Spanyol masing-masing.
ini adalah beberapa fakta barcelona dan real madrid:
1. Lebih dari sekedar batas geografi
Liverpool
vs Everton, Arsenal vs Spurs, dan AC Milan vs Intermilan adalah
pertandingan-pertandingan derby panas dan sarat emosi. Fakta ini tidak
bisa dipungkiri. Walaupun tradisi dan emosi dari rivalitas mereka
begitu luar biasa, namun secara fundamental, persaingan tersebut
hanyalah sebatas daerah geografis. Persaingan kedua tim hanyalah karena
mereka mempunyai markas yang berdekatan satu sama lain. Jadi demi
menjaga gengsi dan mengukuhkan siapa yang paling hebat dalam wilayah
yang sama, timbullah rivalitas. Namun, persaingan antara Barcelona dan
Real Madrid melebihi batas-batas wilayah. Rivalitas mereka abadi,
karena yang ikut bersitegang adalah ibu kota dengan daerah yang hendak
merdeka.
2. Catalunya vs Castille
Barcelona dan Madrid merupakan
dua kota terbesar di Spanyol. Hal itu saja sebenarnya sudah cukup
untuk membentuk suatu rivalitas. Namun, mereka juga adalah tuan rumah
dari dua daerah yang sangat berbeda baik secara kultur dan emosi. Dua
kota tersebut juga menghasilkan dua ‘mahzab’ intelektual yang berbeda,
dan tentu saja, berseberangan satu sama lain. Barcelona adalah
Catalan, Madrid adalah Castillian. Orang-orang Catalan adalah
masyarakat yang bebas, sedangkan Castille lebih seperti Keraton-nya
Spanyol dan pusat pemerintahan. Perseteruan memuncak ketika Jenderal
Franco, orang Madrid, yang beraliran fasisme, ingin ‘membasmi’ daerah
Catalan. Jadi, ketika El Clásico digelar dan dimenangi Barcelona, ini
merupakan kemenangan seluruh rakyat Catalunya dalam membebaskan diri
dari tirani pusat. Jika yang menang adalah Real Madrid, berarti ini
adalah kemenangan pemerintah dalam upaya menegaskan kekuasaannya.
3. “Everyone picks a side”
Pernyataan di atas adalah
perseteruan ideologi, sosial, dan politik antara kebudayaan daerah
yang ingin merdeka dengan pemerintah pusat yang kuat, dan tidak hanya
melibatkan FC Barcelona dan Real Madrid, atau Catalunya dan Castille,
tetapi juga seluruh masyarakat Spanyol. Ketika duel El Clásico
berlangsung, dapat dipastikan, seluruh orang di Spanyol akan terbagi
dua. El Clásico mempunyai fungsi yang ‘unik’ yaitu sebagai ‘pembatas
transparan’ antara dua daerah dalam satu negara. Suporter dari klub
lain, siapa pun mereka, akan memilih salah satu di antara Barcelona
dan Real Madrid, berdasarkan kepentingan dan ideologi masing-masing,
everyone (should) picks a side.
4. Merupakan anggota dari Liga Terbaik di dunia
Apapun
konteks-konteks budaya yang terdapat pada duel El Clásico, tidak akan
ada orang luar yang peduli pada pertandingan tersebut ia jika terdapat
pada, misalnya, Liga Domestik Siprus. Tapi ini tidak. Duel tersebut
berasal dari La Liga Primera, yang merupakan liga terbaik di dunia
berdasarkan penilaian FIFA (dalam diskusi debate panjang lainnya,
liga-liga lain mungkin saja muncul sebagai liga yang lebih baik, namun
setidaknya La Liga adalah salah satu liga sepakbola terbaik di dunia),
jadi seluruh perhatian insan sepakbola pasti tertuju ke sana.
5. Menampilkan dua klub terbaik dari La Liga
Tidak
hanya gengsi, namun dominasi kedua tim di La Liga merupakan jaminan
panasnya pertandingan ini. Karena kedua tim biasanya berada di pucuk
klasemen, maka hasil dari El Clásico menjadi sangat menentukan siapa
yang akan merajai liga pada akhir musim. AC Milan vs Intermilan mengkin
adalah derby perseteruan dua klub papan atas Serie A, tetapi di sana
juga terdapat Juventus dan AS Roma untuk disaingi. Sehingga,
kadang-kadang, tifosi merasa pertandingan AC Milan vs Juventus atau
Intermilan vs AS Roma menjadi sama krusialnya. Dan hal ini menjadikan
signifikasi partai derby kota Milan agak berkurang. Lain halnya dengan
Barcelona vs Real Madrid yang begitu menentukan. La Liga memang
bukanlah pacuan dua ‘kuda’ saja, tetapi selalu ada dua kuda berwarna
‘merah biru’ dan ‘putih-putih’ yang ikut serta. Dua kuda ini juga
belum pernah terdegradasi ke divisi bawah (dan sepertinya tidak akan
pernah, baik itu karena kualitas maupun lobi politik mereka yang kuat
di Spanyol).
6. Dan pemain-pemain terbaik di dunia
Karena Barcelona dan
Real Madrid merupakan dua di antara klub-klub terkaya di dunia,
mereka selalu dihuni oleh pemain-pemain terbaik pula. Misalnya, ketika
Lionel Messi cedera, di bangku cadangan sudah ada Henry, Deco, atau
Ronaldinho. Kita juga masih ingat Madrid pernah dihuni pemain sekelas
Zidane, Ronaldo, Raúl, Figo, Beckham, dan Roberto Carlos yang bermain
bersamaan. Ketika El Clásico berlangsung, kita seperti melihat uang
ratusan jutaan dollar sedang ‘berlari-lari’ di atas lapangan.
7. Juga beberapa talenta lokal
Di samping belanja
pemain-pemain kelas dunia tersebut, kedua tim juga dipenuhi oleh
talenta-talenta lokal binaan kubu masing-masing. El Barça punya
Valdés, Puyol, Xavi, Iniesta, dan Bojan yang merupakan produk-produk
dari akademi sepakbolanya, sedangkan Messi dan Giovanni adalah
anak-anak muda yang bersekolah di Barcelona sejak kecil. Sedangkan Los
Blancos punya Casillas, maskot tim Raúl, dan Guti yang merupakan
didikan akademi Madrid. Dan hebatnya, pemain-pemain ini adalah anggota
timnas Spanyol. ‘Rasa’ lokal ini menjamin bahwa tak seorang pun di
lapangan yang akan melupakan aspek-aspek budaya yang melatarbelakangi
El Clásico. Arsenal mungkin diisi pemain-pemain muda bertalenta,
namun nyaris tidak ada pemain asli Inggris di sana. Manchester United
sekarang hanya tinggal menyisakan pemain tua seperti Giggs dan Scholes
sebagai binaan asli mereka. Itulah bedanya dengan El Clásico.
8. Sejarah transfer yang ‘kontroversial’ antara kedua tim.
Sebagai
dua klub terkuat dan terkaya di Spanyol, tak dapat dihindari,
Barcelona dan Real Madrid akan berebut mendapatkan tanda tangan pemain
top. Salah satu dari kasus tersebut adalah ketika kedua klub berniat
mengontrak pemain River Plate, Alfredo Di Stefano pada tahun 1953.
Transfer tersebut sangat kontroversial dan merupakan salah satu pemicu
‘kerasnya’ El Clásico. Sebuah kontrak janggal dilakukan ketika Di
Stefano menandatangani proposal kedua klub sekaligus. Ia akan bermain
dua musim untuk Real Madrid (yang menghubungi lebih awal) dan dua musim
untuk Barcelona.
Namun, setelah melihat debut pertamanya di Real, El Barça
setuju untuk melepaskan Di Stefano secara permanen. Hal ini masih
menjadi perdebatan: Pertama, bahwa Barcelona melihat penampilan Di
Stefano yang kurang menjanjikan dalam debutnya. Kedua, ada indikasi
bahwa Barcelona ditekan oleh diktator Jenderal Franco yang pro-Madrid,
yang mengancam akan memberlakukan larangan untuk pemain asing bermain
di La Liga.
Tren ini pun terus berlanjut; kedua tim terus bersitegang
untuk mendapatkan pemain-pemain top (seperti yang mereka lakukan pada
David Beckham tahun 2003). Namun tidak ada yang lebih ‘menyakitkan’
selain ketika salah satu pemain dari tim ini hengkang ke tim lainnya,
seperti yang terjadi pada Luis Enrique, yang pindah dari Madrid ke
Barcelona, atau kasus Luis Figo pada tahun 2000, yang hijrah dari
Azulgrana ke Los Merengues dan memecahkan rekor transfer (sebelum
Zidane) sebesar 65 juta Euro. Dan ketika kembali ke stadion mantan
klubnya, cemoohan, teriakan, bahkan lemparan kepala babi harus mereka
terima. Semuanya karena atmosfir ‘neraka’ El Clásico.
9. Ukuran stadion
Santiago Bernabéu stadium
Camp Nou Stadium
Nama
besar kedua klub ternyata juga didukung oleh besarnya stadion yang
mereka miliki. Baik Camp Nou maupun Santiago Bernabéu merupakan stadion
elit dan raksasa sehingga menjanjikan atmosfer yang luar biasa. Camp
Nou bahkan merupakan stadion berkapasitas terbesar di Eropa, yaitu
sanggup menampung 98.772 kursi. Sebelum direnovasi, stadion ini malah
pernah terisi 200 ribu penonton dalam salah satu El Clásico. Sedangkan
Santiago Bernabéu mampu menampung 80.400 Madridistas dan dinobatkan
sebagai salah satu stadion berfasilitas terbaik di dunia.
10. Menghasilkan tontonan sepakbola yang berkualitas
Jika
yang terjadi di lapangan adalah sebuah tontonan yang mengecewakan,
semua poin di atas tidak ada artinya. Dan tanah Spanyol akan menjadi
tempat yang menyedihkan jika semua orang menunggu-nunggu partai yang
diadakan sekali dua tahun ini, hanya untuk menyaksikan pertandingan yang
menyisakan buruk dan membosankan. Tapi tidak. Pertandingan El
Clásico, secara tradisi, selalu mempertontonkan sepakbola
berkualitas, menyerang, atraktif, penuh skill, dan aroma ‘membunuh’
yang dahsyat. Skor-skor menakjubkan, seperti 3-3, musim lalu di Camp
Nou adalah contoh betapa alotnya pertandingan ini.
Fakta – Fakta Lain
El Clasico di Spanyol untuk pertama
kalinya dilangsungkan pada 17 Februari 1902.El Clasico antara Real
Madrid dan Barcelona tidak hanya terjadi di lapangan, tapi juga dalam
bursa transfer. Kasus yang paling terkenal adalah perebutan Alfredo Di
Stefano di tahun 50-an. Kedua tim sama-sama mengklaim telah
mendaftarkan pemain legendaris Argentina itu sebagai pemain dan
membayar transfer ke River Plate. FIFA akhirnya mengintervensi dan
meminta kedua tim saling berbagi jatah musim untuk Di Stefano. Namun
Barcelona memilih mundur dan Real Madrid membayar kompensasi kepada
rival utamanya itu.Real Madrid dan Barcelona juga saling bersaing dalam
hal jumlah suporter. Hasil riset terakhir Mei 2007, 32.8 persen fans
sepakbola di Spanyol lebih berpihak pada Real Madrid, sementara 25.7
persen berkubu Barcelona.Di kompetisi domestik La Liga Spanyol, El
Clasico dinihari nanti di Santiago Bernabeu menjadi edisi ke-160.Raul
Gonzalez menjadi pemain yang paling sering mencetak gol di El Clasico.
Total, dia sudah melesakkan 11 gol.Total ada 24 pemain yang saling
bertukar klub dalam satu sesi transfer, baik itu dari Barcelona ke
Real Madrid, atau Real Madrid ke Barcelona. Proses transfer yang
paling menyita perhatian adalah Luis Enrique (Madrid ke Barca di tahu
1996) dan Luis Figo (Barca ke Madrid di tahun 2000).